Sabtu, 13 Juli 2013

Yordania Senang Mursi Lengser Kenapa ??

ISL/Raja Abdullah II
Amman-- Kerajaan Yordania mengaku lega dengan tumbangnya pemerintahan Muhammad Mursi yang didukung Ikhwanul Muslimin di Mesir.


Sejumlah pengamat mengatakan, kelegaan Yordania ini tak lepas dari kelompok oposisi yang dimotori Ikhwanul Muslimin yang menuntut reformasi pemerintahan di negara diktaktor itu.

Raja Yordania Abdullah II dengan cepat memberi selamat kepada Presiden interim Mesir Adli Mansour beberapa jam setelah nama mantan hakim itu diumumkan Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal Abdul Fattah al-Sisi.

"Yordania sangat menyambut kejatuhan Mursi. Seperti halnya Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, Jordania juga sangat bermasalah dengan Ikhwanul Muslimin," ujar Oraib Rintawi, Direktur Lembaga Studi Politik Al-Quds di Amman, Yordania.

"Tak bisa dipungkiri Pemerintah Jordania kini merasa lega. Bahkan, pendukung Ikhwanul Muslimin di Yordania kini meragukan kelangsungan rencana reformasi Islam mereka," tambah Rintawi.

"Mereka perlu upaya lebih keras untuk meyakinkan rakyat soal kredibilitas serta menjembatani pemisah antara mereka dan sekutu tradisionalnya," Rintawi menegaskan.

Rintawi menambahkan, partai-partai politik Islam moderat dari Mesir hingga Maroko memenangkan kursi mayoritas parlemen sebagai imbas dari demokrasi yang dibawa revolusi "Arab Spring".

"Menyusul kegagalan kelompok Islam di Mesir, kini rakyat semakin sulit memercayai Ikhwanul Muslimin saat mereka berbicara soal pluralisme dan demokrasi," lanjut Rintawi.

Pada 1946, Yordania mengakui Ikhwanul Muslimin sebaga sebuah organisasi amal. Pada 1992, Ikhwanul membentuk organisasi sayap politiknya, Front Aksi Islam (IAF), yang tak pernah menyerukan pembentukan negara Islam Yordania.

IAF tidak memiliki wakil di parlemen Jordania karena Ikhwanul Muslimin memboikot pemilihan umum Januari lalu,

Ikhwanul Muslimin sebenarnya memiliki pendukung di akar rumput yang sangat banyak. Keberadaan mereka ditoleransi rezim. Namun, hubungan mereka dengan pemerintah tetap tegang.

"Apa yang terjadi di Mesir sangat memengaruhi kelompok Islam di Yordania," kata analis politik Hassan Abu Hanieh.

"Yordania menyambut baik keruntuhan Ikhwanul Muslimin di Mesir dan berharap itu menjadi akhir kekuatan kelompok Islam sehingga pemerintah mudah menyingkirkan kelompok oposisi," tambah Hanieh.

Kelompok oposisi Islam di Yordania menggelar aksi unjuk rasa setiap pekan sejak 2011, menuntut reformasi politik dan reformasi serta pemberantasan korupsi yang lebih serius.

Redaktur:Gilang Ramadhan
Sumber: www. 4Newstimes.com

0 komentar: